Liputan Sekolah dengan Kurikulum Internasional - Menyiapkan Generasi Berwawasan Global


Satu dasawarsa terakhir, dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini, salah satunya, ditandai dengan banyaknya sekolah-sekolah baru yang bermunculan. Sebagian dari sekolah-sekolah baru tersebut menggunakan kurikulum dari luar negeri sebagai nilai tambah yang ditawarkan bagi para calon siswa. Yang kemudian lahirlah istilah Sekolah Nasional Plus.


Istilah sekolah nasional plus umumnya mengacu pada sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum Nasional Indonesia dan atau kurikulum lain, misalnya kombinasi dengan kurikulum dari negara lain atau dari badan akreditasi tertentu.


Kini, istilah sekolah nasional plus sudah banyak sekali digunakan dan juga kerap disalahartikan, karena banyak interpretasi mengenai arti dari istilah sekolah nasional plus tersebut. Banyak sekolah yang menggunakan bahasa pengantar Inggris dan menawarkan pilihan ekstrakurikuler yang bervariasi namun hanya mengikuti kurikulum nasional sudah mengklaim sekolahnya sebagai sekolah nasional plus.


Tidak adanya definisi resmi dari pemerintah mengenai arti istilah sekolah nasional plus menjadi salah satu penyebab munculnya kesalahpahaman tadi. Dan untuk menjembatani hal itu, Pemerintah Indonesia pada Juni 2007 yang lalu meluncurkan Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah atau Madrasah Bertaraf Internasional Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.


Dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa sekolah atau madrasah bertaraf internasional adalah sekolah atau madrasah yang sudah memenuhi seluruh standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional. Pada prinsipnya, sekolah internasional harus bisa memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari standar nasional pendidikan.


OECD yang berlokasi di Paris, Perancis adalah organisasi internasional untuk membantu pemerintahan negara-negara anggotanya menghadapi tantangan globalisasi ekonomi. Saat ini OECD telah memiliki sekitar 30 negara anggota di antaranya Australia, Perancis, Jerman, Amerika, dan Inggris.


Ada 9 kriteria penjaminan mutu sekolah bertaraf internasional di dalam pedoman tersebut. Penjaminan mutu itu dibagi atas indikator kinerja minimal dan tambahan. Indikator minimal adalah mengikuti standar yang sudah ditentukan sebelumnya. Sedangkan indikator kinerja tambahan di antaranya adalah akreditasi minimal mendapat predikat A dari Badan Akreditasi Sekolah dan akreditasi dari salah satu negara anggota OECD. Kemudian, kurikulum di mana muatan mata pelajaran harus setara atau lebih tinggi dari salah satu anggota negara OECD. Lalu ada proses pembelajaran berbasis teknologi dan ilmu komputer pada semua mata pelajaran. Lantas penilaian, indikator tambahan menyatakan diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul di salah satu negara anggota OECD.


Setelah indikator penilaian, ada indikator pengajar. Dalam indikator ini para guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu menyampaikan pembelajaran berbahasa Inggris. Indikator tambahan lain adalah jumlah guru yang berpendidikan S2/S3 minimal 10% untuk SD, minimal 20% untuk SMP, dan minimal 30% SMA. Selain guru, tenaga kependidikan atau administratif sekolah juga menjadi indikator. Kepala sekolah berpendidikan minimal S2, mampu berbahasa Inggris secara aktif serta bervisi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan yang kuat.


Selanjutnya indikator sarana dan prasarana. Dalam indikator ini setiap ruang kelas harus dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis teknologi dan komputer, memiliki perpustakaan dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis teknologi komputer di seluruh dunia, serta dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik, dan lain sebagainya. Kemudian, indikator pengelolaan, semisal sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO 14000. Terakhir adalah penerapan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kunci tambahan.


”Definisi sekolah nasional plus memang banyak versi. Dan yang terbaru, untuk menyamakan persepsi, pemerintah telah meluncurkan program sekolah bertaraf internasional atau SBI,” jelas Head Master Sekolah Harapan Bangsa, Widodo.


Organisasi sekolah nasional plus


Dari pihak sekolah-sekolah nasional plus sendiri juga berinisiatif untuk mendirikan suatu organisasi untuk mempromosikan serta memfasilitasi isu-isu pendidikan serta memperkuat jaringan di antara sekolah-sekolah tersebut. Organisasi tersebut adalah ANPS yang merupakan singkatan dari Association of National Plus Schools – Asosiasi Sekolah Nasional Plus.


Saat ini anggota ANPS mencapai 60 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia, yang terbanyak di Jakarta. Ada juga beberapa sekolah yang hanya mendaftarkan 1 buah cabang saja di dalam keanggotaan ANPS tersebut. Dari sekian banyak anggota ANPS tersebut, hanya sedikit yang menawarkan jenjang pendidikan yang lengkap dari TK hingga SMU. Kebanyakan baru sampai pada jenjang pendidikan dasar saja yaitu TK dan SD.


Secara singkat, ada 7 kriteria yang digunakan oleh ANPS untuk menilai apakah sebuah sekolah bisa digolongkan sebagai sekolah Nasional Plus atau tidak, pertama kebijakan dan prosedur sekolah, yaitu mengenai visi dan misi sekolah serta struktur manajemen, kebijakan, proses dan prosedur di dalamsekolah tersebut. Kedua, lingkungan dan kebudayaan Indonesia, yakni mengenai pengetahuan serta penghargaan mengenai nilai dan keragaman budaya serta lingkungan hidup di Indonesia.


Ketiga, bahasa pengantar yang digunakan, menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia. Keempat, pengembangan profesional, yaitu mengenai komitmen sekolah untuk mengembangkan karyawannya secara berkesinambungan. Kelima, hasil pembelajaran, yakni mengenai pengembangan dan penggunaan kurikulum nasional dan internasional.


Keenam, program pembelajaran dan pengajaran, yaitu mengenai program pendidikan, metode pengajaran serta cara penilaian siswa. Terakhir, sumber daya dan fasilitas, yang berarti kecukupan sumber daya dan fasilitas untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan seperti rasio guru dan murid serta standar keamanan.


Untuk menjadi sekolah nasional plus memang tidak mudah. Menurut Theo Kurniadi, Head of School Stella Maris International School, ANPS membuat aturan yang ketat mengenai pemahaman konsep sekolah nasional plus. “Banyak sekolah mengklaim dirinya sebagai sekolah nasional plus, meski kriteria yang dimaksud oleh ANPS hanya terpenuhi satu atau dua saja,” tegasnya.


Minat pada pendidikan di Indonesia meningkat dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini, dan banyak sekolah di Indonesia kini mengklaim sebagai sekolah nasional plus. Artinya memang masih belum begitu jelas bagi masyarakat umum maupun para orang tua murid, namun jelas bahwa sebutan nasional-plus ini merupakan suatu alat pemasaran yang efektif untuk menarik minat siswa baru untuk mendaftar. Banyak yang dibutuhkan untuk menjadi sebuah sekolah nasional plus, lebih dari sekedar alat pemikat yang seringkali menyesatkan.


Sekolah-sekolah yang mengklaim dirinya sebagai sekolah nasional plus tapi ternyata tidak sesuai dengan standar sekolah nasional plus jelas akan merugikan para siswa dan orangtuanya. Jika demikian yang terjadi, hal ini tentu sangat disayangkan. Pendidikan berkualitas yang seharusnya menjadi kebutuhan moral yang sangat penting, dikesampingkan, kalah dengan sisi komersil.


Kurikulum internasional populer


Membandingkan antara kurikulum nasional dan internasional, sepertinya memang kurang bijaksana. Tapi, mengupas sedikit saja, dari sisi penguasaan bahasa Inggris dan pembentukan pola pikir yang aktif dan kritis, kurikulum internasional bisa dibilang lebih baik daripada kurikulum nasional. Namun, jika membandingkan isi kurikulum mungkin tidak terlalu jauh berbeda, tetapi penekanan dan metodologi pembelajaran itu yang membuat perbedaan antara kurikulum Internasional dan nasional.


Sementara itu, banyak kurikulum dari luar negeri yang lazim digunakan. Tapi, kurikulum internasional yang paling populer di sekolah-sekolah nasional plus di Indonesia adalah International Baccalaureate (IB) dan Cambridge International Examinations (CIE).


Walaupun mahal dan mengharuskan pelatihan karyawan yang rutin, kedua kurikulum internasional ini memiliki keuntungan karena menilai siswa secara eksternal, khususnya pada tingkatan SMU sehingga meyakinkan para orang tua, siswa dan karyawan mengenai jaminan standar internasional dalam proses pembelajaran dan pengajaran.


Para siswa pun memiliki akses untuk memasuki universitas di luar negeri yang lebih cenderung memilih siswa yang sudah memiliki hasil penilaian tersebut. Sejumlah sekolah nasional plus bahkah sudah memulai program persiapan universitas yang disponsori oleh perguruan tinggi lokal dan luar negeri bagi para siswa sekolah menengah yang ingin mendapatkan kredit di jurusan tersebut.


“Kurikulum internasional seperti IB dan Cambridge University memiliki tujuan akhir pada pendidikan lanjutan di luar negeri. Tapi, siswa yang memilih kurikulum internasional ini juga bisa melanjutkan pendidikan di dalam negeri, meski harus melalui ujian penyetaraan,” kata Theo Kurniadi menambahkan.


Sementara itu, dijelaskan oleh Hana Herawati, Head of PR and Promotion SPH Lippo Karawaci, kurikulum IB lebih memberi keleluasaan praktis bagi sekolah yang menggunakan kurikulum ini. IB sendiri kata Hana, hanya memberi kerangka kurikulum, yang kemudian pengembangan kerangka itu dikembalikan ke sekolah masing-masing. “IB hanya memberi panduan. Untuk isi kurikulum, diserahkan kepada sekolah,” ujarnya.


Kurikulum IB memang berbeda dengan kurikulum Cambridge Universtity. Kurikulum Cambridge University lebih saklek dalam memberi pedoman pendidikan. Tak hanya kerangka kurikulum, Cambridge University juga telah menetapkan materi-materi pelajaran yang akan dipelajari siswa.


Sekolah berkurikulum internasional di komunitas


Mencari sekolah nasional plus atau sekolah dengan kurikulum internasional di komunitas Serpong, Karawaci dan sekitarnya ini bukanlah perkara sulit. Di kawasan ini banyak sekali sekolah dengan kurikulum internasional.


Banyaknya sekolah dengan kurikulum internasional di komunitas Serpong tidak terlepas dari adanya kebutuhan. Masyarakat luas, khususnya warga komunitas sudah menyadari penting pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dan salah satu pendidikan yang dipilih adalah sekolah dengan kurikulum internasional tadi.


”Banyak sekolah menerapkan kurikulum internasional atau nasional plus sebagai basis metode pendidikannya karena dalam era globalisasi ini, kita harus menyiapkan anak-anak untuk memiliki wawasan yang luas dan siap bersaing baik di negara sendiri ataupun di dunia internasional. Selaras pula dengan tuntutan zaman bahwa orang semakin maju pola pikirnya dan kesadaran bahwa mereka adalah bagian dari Indonesia, yang juga merupakan bagian dari dunia internasional,” pungkas Hana menerangkan.


Pun demikian, pilihan memilih sekolah akan kembali kepada anak dan orangtuanya. Alih-alih ingin pendidikan bagus dan internasional, para orangtua harus siap mengeluarkan dana pendidikan yang tidak sedikit.


Sumber: majalah AdInfo SERPONG-KARAWACI http://adinfoserpong.blogspot.com/2008/09/liputan-sekolah-dengan-kurikulum.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar